Kamis, 27 Januari 2011

Menjaga Hak Orang-orang yang Lemah

Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hikmah-Nya telah menciptakan manusia berbeda-beda status sosialnya. Ada yang menjadi pemimpin dan ada yang dipimpin.
Ada yang ditakdirkan kaya, ada pula yang miskin. Bahkan ada yang menjadi budak sahaya dan ada yang merdeka. Semuanya dijadikan sebagai ujian bagi hamba-Nya. Sebagaimana firman-Nya: “Dan Kami jadikan sebagian kamu cobaan bagi sebagian yang lain, maukah kamu bersabar? Dan adalah Rabb kalian Maha Melihat.” (Al-Furqan: 20) Juga firman-Nya: “Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (Az-Zukhruf: 32)
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya tidak bisa lepas dari ketergantungan dengan orang lain. Orang kaya tidak akan terpenuhi kebutuhannya dengan baik tanpa bantuan orang miskin. Pemerintah tidak akan bisa mewujudkan berbagai program secara sempurna bila tidak mendapat dukungan dari rakyat. Oleh karenanya, jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, antara pemerintah dengan rakyatnya, sudah semestinya dikubur. Dengan ini akan terwujud kehidupan yang dinamis, di mana masing-masing tahu peranannya agar tercapai kemaslahatan bersama.
Kemuliaan dengan Ketakwaan
Bila kita mau melihat masyarakat yang dipimpin oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu para sahabat, maka kita dapatkan mereka berasal dari negeri yang berbeda-beda dan status sosial yang tidak sama. Ada yang dari Persia, Romawi, Habasyah, dan orang-orang Arab. Ada yang dari keluarga terpandang seperti dari kabilah Quraisy, ada pula yang dari budak sahaya. Ada yang kaya-raya seperti ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, ada pula yang miskin seperti Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Keanekaragaman tidak menjadi soal manakala prinsip dalam beragama itu sama. Mereka berbaur satu sama lain untuk bersama-sama memperjuangkan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kecintaan mereka terhadap saudara-saudaranya yang seiman melebihi kecintaan mereka terhadap karib kerabatnya yang tidak beriman. Bahkan mereka berlepas diri dan menyatakan kebencian kepada keluarganya yang kafir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kalian.” (Al-Hujurat: 13) Timbangan kemuliaan di sisi Allah, Dzat Yang Mencipta, Mengatur alam semesta dan Yang berhak diibadahi adalah ketakwaan. Maka, barangsiapa yang bertakwa dengan mengerjakan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjauhi larangan-larangan-Nya, dialah yang mulia meskipun menurut pandangan sebagian manusia dia adalah orang yang rendah.
Tatkala sahabat Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu mencela seseorang karena ibunya bukan berasal dari bangsa Arab, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam marah kepada Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu dengan mengatakan: “Sesungguhnya engkau adalah seorang yang pada dirimu –masih tersisa– perangai jahiliah.” (HR. Al-Bukhari no. 6050) Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu sadar akan kesalahannya, sehingga setelah itu dia sangat menjaga sampai-sampai dia dan budaknya memakai pakaian yang sama. Orang yang tidak tahu tidak akan bisa membedakan mana tuannya dan mana budaknya.
Ketakwaan telah mengangkat sahabat Bilal radhiyallahu ‘anhu yang dahulunya budak sahaya sehingga menjadi salah satu muadzin Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan tatkala kota Makkah ditaklukkan pada tahun ke-8 hijriyah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Bilal untuk naik ke atas Ka’bah mengumandangkan adzan. Suatu hal yang mencengangkan para pembesar Quraisy kala itu. (Zadul Ma’ad, 3/361)
Jangan Menzalimi Orang yang Lemah
Kezaliman dalam bentuk apapun dan terhadap siapapun adalah kejahatan yang pelakunya berhak mendapat hukuman di dunia ini sebelum di akhirat kelak. Sahabat Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tiada suatu dosa yang lebih pantas Allah Subhanahu wa Ta’ala segerakan hukuman bagi pelakunya di dunia, di samping azab yang Allah sediakan untuknya di akhirat, daripada kezaliman dan memutuskan hubungan silaturahim.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dll, lihat Shahihul Jami’ no. 5704) Berbuat zalim kepada siapapun akan membawa petaka yang tiada hentinya. Terlebih bila yang dizalimi adalah orang-orang lemah, seperti wanita, anak-anak, budak sahaya, orang-orang miskin, rakyat jelata, dan semisalnya. Ketidakberdayaan mereka tidak bisa dianggap remeh, karena Islam telah menjamin hak mereka. Jangan sampai ada orang yang berpikir ingin menzalimi mereka. Karena Allah Dzat yang Maha Kuasa, Maha Kaya dan tak terkalahkan, akan membalaskan bagi mereka dan membinasakan orang-orang yang berbuat aniaya. Kalau begitu, siapa gerangan yang mampu melawan Allah Subhanahu wa Ta’ala?! Tiada seorang pun, meskipun dia orang yang kuat dan banyak tentaranya.
Lihatlah kesudahan Fir’aun dan bala tentaranya yang menzalimi Bani Israil dengan membunuh anak-anak yang tidak berdosa, memberlakukan kerja paksa dan setumpuk kezaliman lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala tenggelamkan Fir’aun dan tentaranya di lautan. Mana kerajaan yang penuh kemewahan?! Mana bala tentara yang banyak dan berlapis-lapis?! Semuanya sirna dan binasa. Semuanya kecil di hadapan Allah Dzat yang Maha Adil dan Maha Kaya lagi Maha Perkasa. Adakah kiranya orang yang mau mengambil pelajaran darinya?!
Beberapa Sifat Orang Lemah:
1. Orang-orang lemah pada umumnya lebih mau menerima kebenaran yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala ketimbang orang yang kaya, kuat, dan berkuasa. Coba perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: ‘Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya’.” (Saba’:34)
2. Orang yang lemah, karena keikhlasan dan doa mereka, maka pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala datang. Demikian pula rezeki dari-Nya, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Tidaklah kalian ditolong dan diberi rezeki kecuali dengan sebab orang yang lemah di antara kalian.” (HR. Al-Bukhari) Oleh karena itu, orang-orang lemah dari kaum mukminin adalah sumber kebaikan bagi umat. Meski lemah fisik dan hartanya, namun mereka adalah orang yang kuat keimanan dan kepercayaannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh sebab itu, bila mereka berdoa dengan tulus kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka akan dikabulkan permintaannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun memberi rezeki kepada umat dengan sebab mereka. (lihat Bahjatun Nazhirin, 1/355)
3. Orang lemah dari kaum muslimin adalah mayoritas penghuni surga. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku berdiri di pintu surga, ternyata kebanyakan yang memasukinya adalah orang-orang miskin.” (Muttafaqun ‘alaih) Orang Lemah yang harus Diperhatikan Haknya Di antara orang-orang lemah yang harus diperhatikan haknya adalah sebagai berikut:

A. Anak yatim
Yaitu anak yang ditinggal mati oleh ayahnya dan dia belum baligh. Di saat seorang anak sangat membutuhkan belaian kasih sayang orangtuanya, ternyata ia harus mengalami kenyataan yang pahit, bapaknya meninggalkannya untuk selamanya. Maka siapa saja yang siap menggantikan orangtuanya dengan memberikan belaian kasih sayang dan nafkah yang dibutuhkan, maka dia akan masuk surga, dekat dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Saya dengan orang yang mengurusi anak yatim di surga seperti keduanya ini.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan dengan jari telunjuknya dan jari tengahnya dengan merenggangkan di antara keduanya. (HR. Al-Bukhari) Demikian balasan mulia bagi orang yang menyantuni anak yatim. Namun sebaliknya, orang yang tidak menyayangi anak yatim dan menelantarkannya, atau bahkan memakan harta anak yatim, dia diancam dengan azab yang pedih.

B. Janda dan orang miskin
Wanita yang ditinggal mati suaminya pada umumnya sangat membutuhkan uluran tangan. Bagaimana tidak? Kini orang yang biasa mencarikan nafkah untuknya telah tiada. Beban kehidupan semakin bertambah. Hal seperti ini tentunya mengetuk hati orang yang mempunyai kelebihan rezeki untuk menyisihkan sebagian harta untuknya. Demikian pula orang miskin yang tidak mempunyai sesuatu untuk mencukupi kebutuhan dirinya beserta anak dan istrinya. Orang miskin terkadang mempunyai pekerjaan dan penghasilan, namun hasilnya belum bisa mencukupi kebutuhan pokoknya. Suatu kondisi yang juga memprihatinkan, yang membutuhkan pemecahan sesegera mungkin. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang bekerja untuk (mencukupi) para janda dan orang miskin seperti seseorang yang berjuang di jalan Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Untuk meraih predikat “mujahid” (pejuang) di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak selalu dengan berperang di medan laga. Bahkan celah yang ada di tengah umat ini manakala seorang berusaha untuk menutupnya, tentunya itu merupakan sebuah perjuangan yang tidak ringan. Bila kita membiarkan para janda merana dan orang miskin terlunta, bukan tidak mungkin mereka akan dimurtadkan dari agama ini.

C. Anak
Anak merupakan buah hati seorang dan penerus generasi di masa mendatang. Kiranya suatu kezaliman besar manakala seseorang tidak memenuhi hak mereka. Hak anak tidak hanya pada pemberian nafkah berupa makanan, pakaian, dan semisalnya. Bahkan ada hak yang seringkali diabaikan, yaitu hak pendidikan agama yang memadai. Tunaikanlah hak-hak anak. Berilah mereka kasih sayang yang cukup dan berlaku adillah kepada mereka. Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tahu ada seorang sahabat memberikan suatu pemberian kepada seorang anaknya namun anak yang lain tidak diberi, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam marah dan mengatakan: “Bertakwalah kalian kepada Allah dan berbuat adillah terhadap anak-anak kalian.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

D. Kaum wanita
Ketika haji wada’ yang dihadiri oleh puluhan ribu manusia dari berbagai daerah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan pesan terakhir sebelum wafatnya. Di antara pesan-pesan tersebut adalah keharusan untuk berbuat baik kepada kaum wanita. Para wanita dalam Islam memiliki posisi penting yang tidak bisa diabaikan. Mereka membantu laki-laki dalam tercapainya kemaslahatan duniawi dan ukhrawi. Maka, sudah barang tentu kita harus memberikan hak mereka tanpa menguranginya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa: “Ya Allah, aku menimpakan dosa terhadap orang yang menyia-nyiakan hak dua orang yang lemah, yaitu anak yatim dan wanita.” (An-Nawawi t dalam kitabnya Riyadush Shalihin no. 275: “Diriwayatkan oleh An-Nasa’i t dengan isnad yang bagus.” Orang yang terbaik adalah yang terbaik terhadap istrinya dan orang yang jelek adalah yang berbuat jelek terhadap para wanita. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan untuk mempergauli wanita dengan baik sebagaimana firman-Nya: “Dan pergaulilah mereka dengan baik.” (An-Nisa’: 19)

E. Rakyat jelata
Merupakan kewajiban pemerintah untuk memberikan hak-hak rakyat, dengan menebarkan perasaan aman dan nyaman, menjunjung tinggi keadilan, serta menindak orang-orang yang jahat. Kekuasaan merupakan amanah untuk mewujudkan kemaslahatan dalam perkara agama dan dunia. Sehingga manakala pemerintah menyia-nyiakan hak rakyatnya dan tidak peduli terhadap tugasnya, maka kesengsaraan dan azab telah menunggu mereka. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Tiada seorang hamba yang diserahkan kepadanya kepemimpinan terhadap rakyat lalu dia mati di hari kematiannya dalam keadaan berkhianat kepada rakyatnya, kecuali Allah haramkan surga baginya.” (Muttafaqun ‘alaihi) Keadilan akan terwujud dengan menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta meneladani kepemimpinan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya g. Dengan keadilan akan tegak urusan manusia dan akan tersebar di tengah-tengah mereka ruh kecintaan terhadap sesama. Orang-orang lemah bisa mengambil haknya secara penuh tanpa terzalimi sedikitpun. Tinta sejarah telah mencatat keberhasilan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya g dalam memimpin manusia. Salah satu contoh kepemimpinan ideal adalah apa yang disebutkan oleh Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu pada pidato politiknya yang singkat saat dibai’at sebagai khalifah: “Wahai manusia, aku telah diangkat menjadi pemimpin kalian padahal aku bukan orang yang terbaik dari kalian. Oleh karena itu, bila kebijakanku nanti baik maka dukunglah aku. Namun jika melenceng maka tegur dan luruskan aku. Kejujuran adalah amanah dan kedustaan adalah pengkhianatan. Orang yang lemah (terzalimi) dari kalian di sisiku (yakni di mata pemerintah) adalah orang yang kuat sampai aku berikan haknya, insya Allah. Orang yang kuat (tapi zalim) di sisiku adalah orang yang lemah sehingga aku mengambil darinya hak orang yang terzalimi, insya Allah. Tiada suatu kaum yang meninggalkan jihad fi sabilillah melainkan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menimpakan kehinaan kepada mereka. Tidaklah kekejian menyebar pada suatu kaum kecuali Allah k akan meratakan azab atas mereka. Taatilah aku selagi aku (kebijakanku) menaati Allah k dan Rasul-Nya. Namun bila aku menyelisihi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya maka kalian tidak wajib taat kepadaku (dalam kemaksiatan itu).” (Al-Khulafa’ Ar-Rasyidun wad Daulah Al-Umawiyyah, hal. 13) Demikianlah prinsip keadilan yang dijunjung tinggi oleh Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu. Tentunya hal itu bukan sekadar retorika namun benar-benar diwujudkan dengan usaha nyata.

Demikian di antara hak-hak yang harus dijalankan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjuki masing-masing kita untuk mampu menjalankan hak-hak tersebut. Sehingga perasaan aman dan nyaman serta ruh kecintaan benar-benar menebar dalam kehidupan ini. Wallahu a’lam.

Kisah Tiga Orang yang di Uji oleh Allah dengan Nikmat, Orang Berpenyakit Kusta, Orang Botak dan Orang Buta

Kisah menarik hadits Bukhori & Muslim dibawah ini dari 3 orang yaitu orang berpenyakit kusta, orang berkepala botak, dan orang buta, Kemudian Allah Subhanahu wata’ala ingin menguji mereka bertiga, maka diutuslah kepada mereka seorang malaikat.
Firman Allah Subhanahu wata’ala :
“Dan jika kami melimpahkan kepadanya sesuatu rahmat dari kami, sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata “ini adalah hak-Ku”. (QS. Fushshilat, 50).
Dalam menafsirkan ayat ini Mujahid mengatakan : “ini adalah karena jerih payahku, dan akulah yang berhak memilikinya”.
Sedangkan Ibnu Abbas mengatakan : “ini adalah dari diriku sendiri”.
Firman Allah Subhanahu wata’ala :
“(Qarun) berkata : sesungguhnya aku diberi harta kekayaan ini, tiada lain karena ilmu yang ada padaku” (QS. Al Qashash, 78).
Qotadah dalam menafsirkan ayat ini mengatakan: “Maksudnya : karena ilmu pengetahuanku tentang cara-cara berusaha”.
Ahli tafsir lainnya mengatakan : “Karena Allah mengetahui bahwa aku orang yang layak menerima harta kekayaan itu”, dan inilah makna yang dimaksudkan oleh Mujahid : “aku diberi harta kekayaan ini atas kemulianku”.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
“Sesungguhnya ada tiga orang dari bani Israil, yaitu : Penderita penyakit kusta, orang berkepala botak, dan orang buta. Kemudian Allah Subhanahu wata’ala ingin menguji mereka bertiga, maka diutuslah kepada mereka seorang malaikat.
Maka datanglah malaikat itu kepada orang pertama yang menderita berpenyakit kusta dan bertanya kepadanya : “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan ?”, ia menjawab : “Rupa yang bagus, kulit yang indah, dan penyakit yang menjijikkan banyak orang ini hilang dari diriku”. Maka diusaplah orang tersebut, dan hilanglah penyakit itu, serta diberilah ia rupa yang bagus, kulit yang indah, kemudian malaikat itu bertanya lagi kepadanya : “Lalu kekayaan apa yang paling kamu senangi ?”, ia menjawab : “unta atau sapi”, maka diberilah ia seekor onta yang sedang bunting, dan iapun didoakan : “Semoga Allah memberikan berkahNya kepadamu dengan onta ini.”
Kemudian Malaikat tadi mendatangi orang kepalanya botak, dan bertanya kepadanya :“Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan ?”, ia menjawab :“Rambut yang indah, dan apa yang menjijikan dikepalaku ini hilang”, maka diusaplah kepalanya, dan seketika itu hilanglah penyakitnya, serta diberilah ia rambut yang indah, kemudian malaikat tadi bertanya lagi kepadanya : “Harta apakah yang kamu senangi ?”. ia menjawab : “sapi atau onta”, maka diberilah ia seekor sapi yang sedang bunting, seraya didoakan : “Semoga Allah memberkahimu dengan sapi ini.”
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang buta, dan bertanya kepadanya : “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?”, ia menjawab : “Semoga Allah berkenan mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang”, maka diusaplah wajahnya, dan seketika itu dikembalikan oleh Allah penglihatannya, kemudian malaikat itu bertanya lagi kepadanya : “Harta apakah yang paling kamu senangi ?”, ia menjawab : “kambing”, maka diberilah ia seekor kambing yang sedang bunting.
Lalu berkembangbiaklah onta, sapi dan kambing tersebut, sehingga yang pertama memiliki satu lembah onta, yang kedua memiliki satu lembah sapi, dan yang ketiga memiliki satu lembah kambing.
Sabda Nabi Shallallahu’alaihi wasallam berikutnya :
Kemudian datanglah malaikat itu kepada orang yang sebelumnya menderita penyakit kusta, dengan menyerupai dirinya disaat ia masih dalam keadaan berpenyakit kusta, dan berkata kepadanya : “Aku seorang miskin, telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rizki) dalam perjalananku ini, sehingga tidak akan dapat meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan anda. Demi Allah yang telah memberi anda rupa yang tampan, kulit yang indah, dan kekayaan yang banyak ini, aku minta kepada anda satu ekor onta saja untuk bekal meneruskan perjalananku”, tetapi permintaan ini ditolak dan dijawab : “Hak-hak (tanggunganku) masih banyak”, kemudian malaikat tadi berkata kepadanya : “Sepertinya aku pernah mengenal anda, bukankah anda ini dulu orang yang menderita penyakit lepra, yang mana orangpun sangat jijik melihat anda, lagi pula anda orang yang miskin, kemudian Allah memberikan kepada anda harta kekayaan ?”, dia malah menjawab : “Harta kekayaan ini warisan dari nenek moyangku yang mulia lagi terhormat”, maka malaikat tadi berkata kepadanya :“jika anda berkata dusta niscaya Allah akan mengembalikan anda kepada keadaan anda semula”.
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya berkepala botak, dengan menyerupai dirinya disaat masih botak, dan berkata kepadanya sebagaimana ia berkata kepada orang yang pernah menderita penyakita lepra, serta ditolaknya pula permintaanya sebagaimana ia ditolak oleh orang yang pertama. Maka malaikat itu berkata : “jika anda berkata bohong niscaya Allah akan mengembalikan anda seperti keadaan semula”.
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya buta, dengan menyerupai keadaannya dulu disaat ia masih buta, dan berkata kepadanya : “Aku adalah orang yang miskin, yang kehabisan bekal dalam perjalanan, dan telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rizki) dalam perjalananku ini, sehingga kau tidak dapat lagi meneruskan perjalananku hari ini, kecuali dengan pertolongan Allah kemudian pertolongan anda. Demi Allah yang telah mengembalikan penglihatan anda, aku minta seekor kambing saja untuk bekal melanjutkan perjalananku”. Maka orang itu menjawab :“Sungguh aku dulunya buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah apa yang anda sukai, dan tinggalkan apa yang tidak anda sukai. Demi Allah, saya tidak akan mempersulit anda dengan mengembalikan sesuatu yang telah anda ambil karena Allah”. Maka malaikat tadi berkata : “Peganglah harta kekayaan anda, karena sesungguhnya engkau ini hanya diuji oleh Allah, Allah telah ridho kepada anda, dan murka kepada kedua teman anda”. (Hadits Riwayat. Bukhory dan Muslim).
Penjelasan bab ini :
Penjelasan tentang ayat di atas: kewajiban mensyukuri ni’mat Allah dan mengakui bahwa ni’mat tersebut semata mata berasal dari Allah, dan menunjukkan pula bahwa kata kata seseorang terhadap ni’mat Allah yang dikaruniakan kepadanya : “Ini adalah hak yang patut kuterima, karena usahaku” adalah dilarang dan tidak sesuai dengan kesempurnaan tauhid.
Pengertian firman Allah : “… Pastilah ia berkata : ini adalah hakku”.
Pengertian firman Allah : “Sesungguhnya aku diberi kekayaan ini tiada lain karena ilmu yang ada padaku”.
Kisah menarik, sebagaimana yang terkandung dalam hadits ini, memuat pelajaran-pelajaran yang berharga dalam kehidupan ini.
Dikutip dari: file chm kitab tauhid penulis Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi, Judul Asli : Kitabut-Tauhid, Bab 49: Mensyukuri Nikmat Allah.

tips dan triks agar Semangat

Jangan tunggu bersemangat baru bertindak, bertindaklah maka anda akan bersemangat Kadang dalam perjuangan menggapai tujuan hidup dan cita-cita, kita dihinggapi rasa jenuh dan keletihan. Kadang kita merasa fisik dan batin kita begitu lemah untuk memulai lagi langkah yang sudah kita canangkan. Kadang kita merasa letih terjebak dalam rutinitas harian kita. Semangat kita terasa tidak cukup kuat untuk memulai kerja lagi. Ditambah lagi dengan persoalan-persoalan hidup harian yang kita rasakan. Rencana yang belum berhasil, keluarga yang sakit, kendaraan yang rusak, dan permasalahan lainnya. Menambah daftar penghambat kita untuk kembali melangkah melanjutkan perjalanan menuju tujuan kita. Tapi disinilah letak ujiannya. Semangat memang tidak selalu ada. Tubuh memang kadangkala merasa letih. Itu manusiawi saja sifatnya. Masalah hidup memang selalu ada. Tidak ada hidup tanpa ada masalah yang harus kita atasi dan hadapi. Tinggal bagaimana sikap kita menghadapinya. Oleh karena itu ada beberapa kiat untuk mengatasi kejenuhan, keletihan dan kehilangan elan vital untuk kembali melangkah menuju impian kita :

Pertama, kembali bayangkan dan visualisasikan impian dan cita-cita anda tersebut. Bayangkan kebahagiaan, kenikmatan dan keindahan yang anda dapatkan ketika impian anda tercapai. Bayangkan dengan kuat, bahwa anda ingin menuju kesana, sehingga itu member energy kalau anda tidak bertindak hari ini maka semua bayangan kesuksesan itu hanya tinggal bayangan semata. Namun jika anda terus bekerja, bekerja, bertindak dan bertindak maka anda pasti insya Allah akan sampai kesana. Inilah The Power of Dream!

Kedua, saat ini filosofi, jangan tunggu semangat baru bekerja, bekerjalah maka anda akan semangat, akan sangat berguna untuk anda terapkan. Walaupun berat untuk memulai, tapi paksakan diri untuk memulai dan bertindak. Saat anda sudah memulai, akan terasa ringan sesudahnya, karena memang memulai itu yang berat. Ibarat batu penghalang jalan, kalau anda tidak pernah menyingkirkannya, maka jalan anda akan terus dihambatnya. Tapi kalau anda mau sedikit berkorban. Anda berhenti sejenak, kemudian mengerahkan tenaga untuk mengangkat dan menyingkirkan batu itu dari hadapan anda, maka setelah itu perjalanan anda akan kembali mulus menuju tujuan anda. Inilah The Power of Action!

Ketiga, visualisasikan dan bayangkan kesulitan dan penderitaan yang anda dapatkan ketika impian dan cita-cita anda tidak jua tercapai akibat anda memperturutkan kelemahan semangat dan rendahnya tekad dalam diri anda untuk bertindak. Bagaimana anda akan membahagiakan orang-orang yang anda cintai kalau anda belum juga berhasil menggapai cita-cita anda?.

Keempat, hadapilah masalah kehidupan ini dengan senyuman dan kesabaran. Anggaplah semua masalah hidup adalah pernak pernik yang akan menghiasi dada dan jiwa anda agar semakin indah. Jadikan masalah itu sebagai penempa diri dan pemacu semangat. Kaitkan masalah hidup yang anda alami dengan impian anda. Masalah ini muncul karena impian belum juga sampai ke puncaknya. Yakinlah masalah itu akan mendewasakan kita dan menguatkan hati kita untuk melangkah. Menempa hati dan jiwa kita berkali-kali sehingga dia semakin solid dan kuat. Jadi, hadapilah dengan senyuman, karena Allah swt telah berjanji dibalik kesulitan pasti akan ada kemudahan. Dibalik kesulitan selalu ada hikmah.

Kelima, sadarilah bahwa masalah hidup yang anda alami itu adalah akibat dari kelalaian dan kesalahan yang anda perbuat di hari yang lalu. Oleh karena itu bertanggung jawablah. Jangan banyak mengeluh, jangan putus asa, dan jangan menyalahkan siapapun. Bertanggung jawablah terhadap diri anda. Jadilah orang yang dewasa dan berjiwa besar, menerima kenyataan dan mau mengintrospeksi dan memperbaiki diri bahwa semua masalah terjadi karena sebuah sebab dan sebab itu mungkin karena kelalaian kita. Inilah The Power of Awareness and Responsibility

Keenam, kembangkan kreativitas anda. Lakukan hal-hal yang memicu semangat, jangan biarkan diri anda terjebak pada rutinitas yang membosankan. Dobraklah kebekuan rutinitas. Rubahlah dan warnai hari-hari anda dengan tindakan baru, ide baru, tantangan baru. Milikilah harapan. Maka itulah yang akan membuat hidup anda terasa lebih hidup. Tapi jika anda membiarkan diri anda terjebak rutinitas dan tidak mau melakukan perubahan maka anda akan terjebak pada kejenuhan dan rasa lelah. Inilah The Power of Creativity

Ketujuh, ingatlah diri anda, nasib anda, keadaan anda tidak akan berubah sebelum anda yang akan merubahnya. Kalau anda masih tetap melakukan hal yang sama setiap hari, maka anda tetap mendapatkan hasil yang sama juga setiap hari. Tapi jika anda mengubah hal yang anda lakukan setiap hari maka hasil yang anda dapatkan juga akan berubah. Maka rubahlah hal-hal yang selama ini anda lakukan. Cobalah evaluasi diri. Evaluasi tindakan anda. Apakah efektif atau tidak? Evaluasi penggunaan waktu anda. Apakah waktu anda sudah dioptimalkan atau masih banyak yang terbuang percuma. Lalu dari evaluasi itu lakukan perubahan dan perbaikan terhadap tindakan dan kebiasaan harian anda. Maka akinlah hasil yang anda dapatkan akan berubah. Inilah The Power of Change

Kedelapan, hisaplah, dan hiruplah energy kehidupan dari ibadah-ibadah dan penyembahan yang anda lakukan kepada Allah swt. Rasakanlah dan hayatilah bahwa ibadah yang anda lakukan akan menyegarkan jiwa dan hati anda. Ibadah itu akan merefresh situasi jiwa anda kalau anda melakukannya dengan khusuk dan keikhlasan. Rasakan shalat subuh anda dipagi hari akan member kesegaran pada anda. Rasakan doa-doa dan zikir akan menenangkan kalbu anda, dan member semangat baru kepada anda. Inilah The Power of pirituality and Prayer!

Kesembilan, fisik anda juga memiliki kebutuhan. Kebutuhannya adalah istirahat dan nutrisi yang cukup. Maka jika anda lelah tidurlah. Tapi jangan tidur siap subuh. Tidur sianglah atau Tidurlah lebih cepat dari biasanya. Jangan biasakan tidur lebih dari jam 11 malam, karena besok paginya akan membuat tubuh anda letih. Dan pemulihan dan penyegaran tubuh anda tidak akan sempurna. Karena menurut ilmu kesehatan waktu jam 11 malam, adalah bagi hati kita untuk meregenerasi dan membuang racun-racun dari tubuh kita. Jadi kalau kita sering tidur diatas jam 11 malam maka wajar fisik kita mudah terasa letih dan capek karena banyak racun yang menumpuk dalam tubuh kita.

Kesepuluh, jangan bebani diri dan pikiran anda dengan kerja-kerja yang berat walaupun anda bisa melakukannya. Lakukan hal-hal sederhana yang bisa anda lakukan. Mulai kerja dari yang mudah-mudah dulu. Ketika anda berhasil melakukan hal yang mudah, maka ini akan menambah kepercayaan dan semangat anda untuk melakukan pekerjaan yang lebih berat lagi. John C Maxwell mengatakan kita tidak akan mampu melakukan hal-hal besar sebelum mampu melakukan hal-hal kecil engan benar.

Kesebelas, lakukan relaksasi dengan mendengarkan music, membaca buku-buku humor atau sesekali menonton tayangan humor di tv (asalkan bukan humor yang jorok), karena tertawa itu mengaktifkan endorphin alami dalam otak kita yang memberikan rasa senang dan ketenangan. Tapi jangan tertawa terus, nanti dikira gila he,he. Music dapat menjadi energizer dan mengaktifkan otak kanan kita yang kreatif dan intuitif. Bisa juga dengan pergi jalan-jalan keluar rumah dengan keluarga atau teman anda, memakan makanan kesukaan anda atau melakukan olahraga favorit anda. Atau bisa juga dengan berselancar di internet misalnya bukalah facebook anda, sapalah teman-teman anda atau perbarui status anda. He,he maunya begitu. Tapi ingat jangan sampai waktu relaksasinya lebih lama dari waktu bekerjanya. Kalau begitu nanti kerja kita berubah menjadi relaksasi. Maka bisa dipastikan perjalanan anda menuju tujuan akan semakin relaks alias semakin lambat. Pepatah mengatakan ‘istirahat akan terasa nikmat, kalau kita sudah bekerja’. Tapi kalau kita tidak bekerja atau istirahat terus, maka justru istirahat akan menjadi penyakit bagi kita.

Oke, inilah beberapa tips dan kiat untuk mengatasi kejenuhan dan menurunnya semangat kerja kita, yang penulis telah mencobanya sendiri. Bagi yang saat ini merasa jenuh dan lemah semangat, semoga bermanfaat bagi kita semua. See You at The Top!!