Selasa, 14 September 2010

FANTASIC SEGITIGA SENEN

Pasar Senen, Jakarta Pusat merupakan pasar kelas menengah ke bawah--iabadikan tahun 1940-an. Kini seluruh bangunan Segitiga Senen telah digusur 1970-an dan 1980-an. Senen, sejak awal abad ke-20 telah menjadi jantung kota dan bagian kota yang tidak pernah tidur. Selalu banyak didatangi pedagang dan pembeli selama 24 jam.

Menjelang Lebaran kita dapat membeli berbagai jenis kue yang harganya miring dibanding tempat lain. Pembelinya para pedagang dari berbagai kota di sekitar Jabodetabek untuk dijual kembali. Tapi, kita perlu harus ekstra hati-hati terhadap tukang copet dan jambret yang sejak masa lalu dikenal dengan sebutan 'buaya Senen'.

Seperti terlihat di foto di sepanjang Jalan Senen Raya kala itu, rumah-rumah milik warga Cina- pemilik toko-toko di Senen--dengan atap runcing meniru tradisi negeri leluhurnya. Di bangunan paling depan-dari jalan menuju Kramat Raya-terlihat penjahit (yang dalam bahasa Belanda berarti kleermaker) merek Tjin Ho. Tentu saja jalan masih sepi hanya terlihat sebuah delman dan pengendara sepeda. Nikmat kan jalan di jalan raya yang kini menjadi 'neraka' kemacetan. Rumah dan gedung tradisional ini berubah fungsi menjadi mal, pertokoan modern, dan yang paling mencolok adalah Atrium Senen. Menjadikan Senen tidak lagi sebagai pasar tradisional.

Pada akhir 1930-an, Pasar Senen menjadi tempat bertemunya para intelektual muda-para pejuang bawah tanah, seperti AK Gani, Chaerul Saleh, dan Adam Malik. Para pemuda ini ke Senen untuk menjual buku ke toko buku loakan Nasution, diseberang bioskop Grand (Kramat), demikian Misbach Yusa Biran dalam buku Keajaiban di Pasar Senen. Maklum keuangan mereka menjadi minim akibat banyak dipakai untuk membiayai berbagai pertemuan dan kegiatan pergerakan. Pada pendudukan Jepang (1942-1945), Pasar Senen jadi tempat persinggahan para seniman karena Chairil Anwar sering muncul di situ.

Pada masa revolusi Pasar Senen menjadi pusat pertempuran dengan tentara Belanda (NICA) yang bermarkas di Batalion X (belakang Hotel Borobudur) Lapangan Banteng. Dalam menggelorakan semangat 'merdeka atau mati', Imam Syafe'ie, jagoan Senen berhasil menyatukan para jawara dan pemuda lawan penjajah. Senen dan sekitarnya jadi salah satu pusat perjuangan para gerilyawan. Dia juga berhasil mengamankan Kota Jakarta dari para penjahat.

Sampai tahun 1962, Kota Jakarta memiliki trem listrik yang menggelinding ke seluruh kota. Pasar Senen pun makin ramai. Toko Babah Gemuk merupakan toko terbesar di Senen. Lebih besar dari toko De Zon (kini Matahari) di Pasar Baru. Matahari kini memiliki ratusan counter di Tanah Air. Pasar Senen saudara kembar dari Pasar Tanah Abang dibangun 30 Agustus 1735 oleh petinggi VOC kaya raya: Justinus Vinck. Pasar ini pernah menjadi perkampungan Cina, terlihat dari nama-nama jalan di sini ketika itu. Seperti Gang Tjap Go Keng (15 pintu) karena ada rumah dengan 15 pintu. Ada Gang Topekong tempat pemujaan Cina, Gang Miaw Seng mengabadikan letnan Cina dan Gang Tanah Nyonya, dengan pemiliknya seorang nyonya Cina. Dan masih banyak lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar